Manyantap Bakso Tukul Arwana di Semarang

Bakso Tukul Arwana

DALAM setiap tampilannya di Bukan Empat Mata, Tukul Arwana gemar mengumbar pasal-pasal tentang aura. Tetapi, “Bakso Tukul Arwana” justru tak mengisyaratkan aura Tukul Arwana.Tadi sore, bersama anak istri saya menyambangi gerai “Bakso Tukul Arwana” di Jalan Brigjen Katamso 50, Semarang. Gerai yang baru soft opening, jadi mohon maklum bila pengunjung membludak.

Jujur saya ke sana untuk mencari jawaban atas kepenasaran seperti apa rasa bakso milik pelawak terkaya Indonesia ini. Dan jujur pula, saya mencoba mencari-cari kelemahan gerai tersebut supaya di kemudian hari nama Tukul abadi bersama karya-karyanya, bukan jual nama semata.

Memasuki gerbang gerai bakso di jalur padat Semarang bagian timur itu dua tukang parkir berusia remaja dengan lincah mencegat arus lalulintas. Pengunjung pun terbantu memecahkan masalah. Salah satu ketidaknyamanan publik ialah sulitnya memasuki tempat tujuan gara-gara tidak gampang menyeberang.

Begitu memasuki kawasan parkir, masalah pertama pun timbul. Sepeda motor dan mobil berjejal, sehingga mencari celah untuk kendaraan roda empat begitu susah. Saya memaafkannya, sebab hari ini “Bakso Tukul Arwana” Semarang memang baru dibuka.

Namun kemudian saya menarik jidat tatkala memandang area makan yang tak berbeda dari restoran-restoran biasa di ruko-ruko. Didominasi cat warna oranye, hijau, dan merah, saya kecewa tak mendapati ornamen-ornamen yang menegaskan bahwa gerai ini milik tokoh besar dalam jagat komedi Indonesia. Kehadiran Tukul di ruangan tersebut hanya lewat layar LCD di tembok yang menyiarkan rekaman wawancara tentang sukses Tukul oleh host Raffi Ahmad, yang dicomot dari sebuah stasiun televisi. Rekaman berdurasi panjang itu disiarkan berulang-ulang.

Saya paham gerai tersebut dilahirkan dengan motif franchise. Tetapi mestinya Tukul hadir di rumah makan itu lewat auranya. Melalui ketokohannya yang menonjol beserta karakter khas yang tak dimiliki oleh pelawak lain.

Saya membayangkan para pelayan memakai blangkon bagi pria, dan kebaya untuk wanita. Juga berangan-angan ruangan dipenuhi ornamen Jawa, dengan dinding-dinding kayu berukir dan foto hitam putih Tukul Arwana. Para pelayan diseragamkan, namun seragam mereka tak berbeda dengan Bakso Pak Kumis yang melegenda di Semarang, atau Bakso Malvinas yang sebelumnya sangat terkenal di kawasan Semarang Timur, area “Bakso Tukul Arwana” kini.

Hanya spanduk-spanduk kecil bertebaran di 300 meteran sebelum dan sesudah lokasi gerai yang menuntun calon pembeli bahwa di sana kini ada “Bakso Tukul Arwana”. ‘Stempel’ kepemilikan Tukul sebagai branding juga hanya tampak di neon box di atas meja kasir yang berisi tulisan daftar menu serta harganya. Foto Tukul sedang menyantap butiran bakso dengan jargon “Bisa Dicoba!!!” tampak di sisi kiri meja kasir.

Bagaimana Rasa Baksonya?

Melahap bakso Tukul tak ubahnya menyantap bakso-bakso pada umumnya. Dengan menu biasa, kita disuguhi dua butir bakso, plus mie kuning. Lidah memang berbeda, dan barangkali saja bila kita memesan menu spesial maka kita dapatkan semangkuk bakso yang kandungannya lebih istimewa. Hanya saja, dengan sajian yang tak beda, maka kita hanya akan seperti memasuki warung bakso tenda yang bahkan tak jarang memanjakan kita dengan tambahan urat, usus, dan gilingan daging.

Tapi istri saya bilang, bakso Tukul ini enak rasanya. Saya mengiyakan saja, sebab lidah perempuan barangkali lebih jeli untuk menilai masakan.

Hanya saja, bila tak ada terobosan baru yang menggiurkan, maka pengunjung bakal menyusut karena menyantap bakso di warung Tukul tak berbeda dengan menikmati bakso pinggiran. Sensasinya akan hangat-hangat tahi ayam karena bakso Tukul tak menawarkan keunikan warung-warung milik komedian/selebritis lain, macam restoran milik Tarzan dan Yati Pesek.

Tarzan punya rumah makan dengan menu ikan khas belantara, dengan sensasi unik di area meja makan, di Nganjuk, Jawa Timur, serta beberapa tempat di kota berbeda. Sementara Yati kini memiliki banyak warung, restoran, dan bahkan tempat pemancingan yang menonjolkan sisi ke-Yati Pesek-annya. Menu aneh-aneh plus sensasi kebintangan Yati yang diwakili ornamen Jawa di Prambanan, Klaten, menegaskan bahwa si pemilik adalah figur publik.

Bila “Bakso Tukul Arwana” masih begitu-begitu saja, maka Bakso Malvinas dan Bakso Pak Kumis yang lebih senior akan tersenyum senang …

Kuliner IndonesiaKuliner Jawa TengahKuliner NusantaraKuliner Semarang
Comments (0)
Add Comment